bicaralah lantang
aku dengar
tiada kesadaran
tumbuh
di tujuh hari
hati
jangan habiskan lauk di belanga
sebentar kubisikkan sesuatu
shuutt
"........
?
QHI
Semarang, 19 Mei 2011
SURAT CINTA UNTUK SAUDARA TUA
1 tahun yang lalu
BOLA
Diposting oleh
Telaga Sastra QHI
bicaralah lantang
aku dengar
tiada kesadaran
tumbuh
di tujuh hari
hati
jangan habiskan lauk di belanga
sebentar kubisikkan sesuatu
shuutt
"........
?
QHI
Semarang, 19 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
QHI di FB
Potret
Pemilik Telaga -QHI-
- Telaga Sastra QHI
- Bengkalis, Riau, Indonesia
- Qur’anul Hidayat Idris lahir di Desa Tameran, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis-Riau pada 14 September 1991. Puisi pertama karangannya berjudul ‘Cakrawala Menangis’ yang menginspirasinya untuk terus menulis. Beberapa even sastra seperti lomba membaca puisi telah dicobanya, berbuah beberapa prestasi salah satu terbaik adalah Pembaca Puisi Terbaik Tingkat SMA/Sederajat Se-Kab. Bengkalis pada tahun 2008. Prestasi lain yang paling berkesan adalah ketika menjadi Pembaca Cerpen Terbaik Se-Riau dalam even sastra ‘Bulan Sutardji Calzoum Bachri’ tahun 2008 yang pialanya diserahkan langsung oleh sang presiden penyair. Setamat SMA melanjutkan studi ke PTN Undip mengambil jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Prestasi terbaru adalah sepuluh besar pembaca puisi terbaik se-Jateng dalam lomba baca puisi se-Jateng di UNNES tahun 2009. Bersama dua sahabat dekatnya di Sastra Indonesia ia menerbitkan antologi puisi pertama ‘Untaian Kata Menggoreskan Makna’ yang diterbitkan secara indie tahun 2009. Ditahun 2009 juga bersama beberapa teman merintis terbentuknya Sanggar Suluh. Kontak yang bisa dihubungi: 081390106864, akun fb dengan nama Qur’anul Hidayat Idris.
Penyelam Tercepat
-
Maghrib belum tiba engkau melihat berupa burung terkantuk-kantuk di beberapa dahan jalanan menjadi isyarat kota ini tak pernah selesai ... -
ini juang bung perjuangan kami membelah anak bulan menjadi bukan bulan lagi, besok akan ada purnama di kertas ratap kami kapal-kapal yang k... -
tapak kaki kita berjarak setengah inci dari perdupaan senja, di Tanah Lot itu kau mengadu padaku lewat sebuah komposisi kelebat benamnya ma... -
sepangku rindu menggenang di atas perahu kota tertambat merunut musim tak tentu, entah kapan berlabuh di rahim rumah QHI
-
tiap terdiri gelimpangan abuk di kedua sisi menuai padi-padi di lubang telinga menjadi kenari mari berharap kepada sang ratap tanam yang ja...
Rumah Teman
-
-
Is the number 444 Bad Luck1 tahun yang lalu
-
umur2 tahun yang lalu
-
Weekend Getaway ke Pulau Merak Kecil2 tahun yang lalu
-
Jasa perTUKANGan dan perTAMANan gresik SURABAYA sidoarjo2 tahun yang lalu
-
-
Sejumput Daun Teh3 tahun yang lalu
-
Dua Buku dari Moooi3 tahun yang lalu
-
konfrontasi5 tahun yang lalu
-
Ade5 tahun yang lalu
-
Marbot7 tahun yang lalu
-
Puisi Bulan Oktober7 tahun yang lalu
-
The Big Start Indonesia Top 100 Finalis - INERVIZ7 tahun yang lalu
-
Tiga Puisi Nanang Suryadi7 tahun yang lalu
-
Variasi Lirik untuk Sebuah Film8 tahun yang lalu
-
Surat Suara Tanpa Angka9 tahun yang lalu
-
Bulan10 tahun yang lalu
-
[#FikTwit] PRELUDE: (fragmen 3)11 tahun yang lalu
-
-
Laki-laki yang Pekerjaannya Mengorek Tempat Sampah12 tahun yang lalu
-
-
Pindahan!13 tahun yang lalu
-
-
berhenti atau mati.14 tahun yang lalu
-
-
puisi terakhir april14 tahun yang lalu
-
Kritik16 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
-
0 komentar:
Posting Komentar