Menanti Matahari : Fragmen 1
Di danau jemarimu
Matahari selalu hinggap
Menawarkan kilas pantulan
Air sejernih mata
Melabuh ditaman hatiku
Itulah yang kulihat
Tapi tak kumengerti
Kau mengapit selendang kuat
Sela telunjuk dan manis
Berkait paut dalam jerit tubuh
Danau itu saban mendawaikan aku
Padamu
Hanya kunantikan
kau mainkan beberapa gelombang
lalu memutih langit keruh
memercik rindu di bajuku
di danau jemarimu
aku tak sempat singgah
atau mengganggu beningnya
biarlah matahari
menjadi pengindah lakumu
Tameran, 210810
07.06
Qur’anul Hidayat
Menanti Matahari : Fragmen 2
Kita alami masa pancaroba
Musim yang terlambat mengambil kereta
Angin memukim di ceruk dahaga
Lalu panas berpayung dekat kepala
Kita alami masa pancaroba
Anak kecil yang hilang kebocahannya
Lalu kehidupan glamor dimana-mana
Mewarisi paham kemewahan
Ironisme pahit semata tontonan
Kita alami masa pancaroba
Kesenangan bukan lagi jalan
Tapi kerap merupa buntu
Manusia duniawi menjadi Tuhan
Lalu terserang sakit kepala batu
Ingin kurupa dunia di danau jemarimu
Saat hujan mendatangi payau
Gelombang mengantar tikar
Bersama membias sukar
Kita menanti matahari
Yang tegak berdiri
Bukan karena angkuh meniduri hati
Tapi ketepatan hakiki
Dalam menjumpai esok pagi
Tameran, 210810
07.25
Qur’anul Hidayat Idris
Menanti Matahari : Fragmen 3
Di sudut tercelah
Sekam menilam tikam
hati pemimpi yang hilang jeruji
Terpajang wajahwajah tunduk
Hampir mati
Bayibayi lahir
mengecambah
Dari rahim keangkuhan
Sekedar membebat berita kopi pagi
Berakhir pembuangan
Dari talam bumi
Kita pandai memberi harapan
Namun tak belajar cara membagi jalan
Tameran, 220810
02.24 dh
Qur’anul Hidayat Idris
0 komentar:
Posting Komentar