Diposting oleh
Telaga Sastra QHI
di
05.03
kereta pun berangkat
menjemput malam di gerbong-gerbong
tak ada lagi senja
langit telah luka
laut menangisi diri
tertimbun lumpur perih
kemana kita mencari patut
telah pula menjadi permainan catur di meja adidaya
"
tak usah kita bersedih
mari kita adakan pesta
atas nama kematian malam"
gerbong membawa kereta melaju
menuju bulan-bulan baru
yang tampak lebam di buku cerita masa lalu
anak-anak kita hanya menggambar wajahnya sendiri
lalu diinjak
kaki-kaki kehidupan
menyerah?
menyerah
"mari kita belajar menuntun kereta, nak
menuju bulan-bulan baru itu"
Semarang, 26 Februari 2011
Qur'anul Hidayat Idris
0 komentar:
Posting Komentar