keluarlah dari daun jendela meminum bergelas-gelas euforia, kau punya rumah di dadamu, hanya saja kau hanya tahu satu rumah yang sudah jadi tempat serapah menumpang tinggal. kini marilah ku tuntun menuju malam, kau belum tahu warnanya bukan?
11.49
tak usah pedulikan jam, kita pulang sebelum rumah itu terbakar hangus menjadi sketsa. sudah kau bawa surat-suratmu itu? cepatlah ambil tirakat di meja bundar rembulan, bersama kita kutip kembali do'a yang terbenam di tanah kelahiranmu, lalu mulai kita bangun gubuk dalam sebenar rumah.
Semarang, 01 Maret 2010
Qur'anul Hidayat Idris
0 komentar:
Posting Komentar