"masuklah kau Hujan!"
"aku terlalu kuyup"
"ini rumahmu, ya. Aku berteduh disini"
"aku akan menghancurkannya kalau aku masuk ke dalam!"
kau ingat buku puisi itu telah kena Hujan, gambar sampulnya yang cuma berwarna hitam dengan sebuah payung berwarna merah dengan rembulan kopak dilangit, kau membaca nama buku itu dalam hatimu "Antologi Puisi: Malam dan Rembulan Berhujan". itu adalah bukuku yang barusan kuberikan karena secara tiba-tiba kita bertemu lagi Lin, dalam ruang hampa mata puisi yang terserak dideretan halaman. lalu kau membaca sebuah puisiku pelan, sangat pelan, tapi kau pasti tahu aku di luar mendengarmu.
Lin
(i)
sepanjang jarak kereta
kupotret wajahmu yang laju
membaca nama bertanda petik
:seperti namaku
(ii)
kubang aku
retorik hujan dan malam membentuk tanda baca dalam rahim matamu
aku kalah
tersebab itu cahaya
telah pula pulang
awang
(iii)
sepasang angsa menari
keluar dari mulutku
kucing
bari
kelembak
bertikam tikai dalam darah
senyapku mati
.
kenapa tak kau saja?
atau dia yang kau jawab ya
(iv)
aku kalah
tersebab itu cahaya
telah pula tumbang
dipinggiran jendela kereta
kubuang
(v)
kini
sepasang kerang
keluar dari jari-jariku
hujan di luar telah berhenti, kau lama terdiam, lalu tiba-tiba lewat celah jendela kau sodorkan aku sebuah kertas dari sobekan buku puisiku
Hujan
cepat!
hentikan hujan di mataku
dan belikan aku sebuah payung
biar puisimu tak lagi basah
Lin
Semarang, 04 Maret 2011
Qur'anul Hidayat Idris
NB: puisi ini adalah puisi kolaborasi antar-puisiku, bila ingin membaca puisi Lin pada posting pertama kali di fb, klik di sini. lalu puisiku adalah gambaran cita-citaku ke depan, menerbitkan sebuah antologi puisi Malam dan Rembulan Berhujan, mohon doa dan apresiasi kawan-kawan dan bila ada yang penerbit yang ingin menerbitkan, saya akan sangat senang sekali. Salam Sastra.
sumber gambar : klik di sini
0 komentar:
Posting Komentar